Perempuan Kecil dan Kacamata Retak

Kepada yang tak pernah redup.
Harus bagaimana lagi aku mengemudikan rasa ? Aku hanya seorang perempuan kecil yang terselip dalam kerumunan masa kini. Apalah aku bagimu yang sudah mahir menyelam tanpa takut tenggelam. Mana bisa, kau terlalu lihai.

Pada detik di mana aku mulai membatasi, kau makin menjadi dengan menjelma terik. Tabahku rontok dan cahayamu terlalu silau hingga kacamataku retak. Namun bisa apa aku selain memanjat ampun pada Gusti yang menjadikanmu ada ? Bila bisa, kuinginkan Ia benar memelukmu melalui kepak malaikat, atau sebaliknya biar saja aku yang berteman dengan malaikat agar bisa kupinjam sayapnya.
Maaf, mungkin aku berlebihan. Tapi kacamataku benar retak meski tak kau mengerti. Ketidaktahuanmu itu membuat kacamataku makin retak. Aku diserang gemas sampai cemas karena kau tetap diam dan enggan merampas apa yang sudah kukemas hingga lemas.

Aku menggigil meratapi kacamataku yang retak. Bila sudah begini dan makin begini, bagaimana bisa aku menatap tajam pada masa lain yang bisa melepaskan aku dari hal yang mencekam kala pandanganku kian memburam ?

Aku hanya perempuan kecil yang kian mengerak dengan kacamata retak. Tanpa pandangan aku hanya memiliki kenangan; aku jatuh cinta pada caraku jatuh cinta saat kau menghujaniku dengan silau yang bertubi-tubi. Namun apalah aku bagimu.

Haruskah aku memusnahkan yang seharusnya hingga yang mengganjal tak lagi menjadi ganjalan, hingga yang menghalangi tak lagi menjadi penghalang, hingga yang menyelip tak lagi menjadi selipan sampai yang mengharap tak lagi menjadi sekadar pengharap ? Haruskah itu ? Bisakah aku merumuskan ulang tentang itu ? Entah, aku tak menjanjikannya padamu. Biar Gusti, malaikat dan alam yang mendiskusikannya. Kelak bila Gusti, malaikat dan alam telah sepakat, mungkin kacamataku bukan lagi sekadar retak tapi telah berupa kepingan, dan kamu dengan begitu ikhlasnya menggenggam tanganku untuk menuntunku pada pelukanmu. Maka, apalah aku bagimu tak lagi berarti sama karena telah memiliki jawaban yang sempurna.
Kau akan bersiap-siap dan aku hanya perlu memunguti tabah setiap hari hingga menjadi lebih tabah dari sebelumnya.

Semoga kau mengerti atau bila tidak biarlah tetap begitu. Aku harap kau tak lupa untuk minum vitamin. Jaga kesehatanmu selalu.

Tertanda

Pengenangmu
Sudut Jakarta, 3 Februari 2015


#30HariMenulisSuratCinta

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Perempuan Kecil dan Kacamata Retak"

Posting Komentar