(bukan) Perempuanmu

Dear kamu, selamat hari senin. Senin pertama di februari masih basah selepas hujan seharian kemarin minggu, dan sejauh ini aku masih menunggu serta mencari tahu; bagaimana dan untuk apa serta pantaskah aku mengabarkanmu bahwa kita berada di tempat yang sama meski pada sudut yang berbeda.
Di tempat ini, di sudut kota ini selalu ada kamu dalam salah satu alasanku menempuh beratus mil aspal jalanan.
Kamu ingat setahun yang lalu aku pernah mengabarkan secara tiba-tiba bahwa aku ada di kota ini tepat setelah ulang tahunmu ? Tapi sudahlah lupakan saja, aku tak ingin mengorek sakitku sebab sakit sendirian itu sungguh tak menyenangkan meski sebelumnya sempat ada debar yang menggelisahkan.
Kamu, bagaimana kabarmu dan perempuanmu ? Masih pada bahagia yang samakah ? Atau lebih bahagia lagi ? Ah semoga saja demikian. Aku turut berbahagia meski teman-temanku sepertinya turut berduka atas bahagiaku yang semu karena kamu berbahagia dengan perempuanmu. Begitulah teman-temanku yang tak pernah sependapat denganku bila menyangkut kamu. Mereka bilang aku terlalu kuat menyimpan cinta sendirian hingga terlarut dan beringsut lupa caranya mengetaskan cinta yang baru.
Tapi beginilah caraku mencintai hidup; mencintai kamu.
Kamu memang serupa kehidupan, sama-sama memberiku kebahagiaan pula kesedihan yang bersamaan. Sama-sama mengajariku tentang ketabahan. Sama-sama mengajariku tentang keikhlasan.
Kamu, bagaimana kabar mimpimu ? Mimpi yang dulu pernah kamu bagi denganku pada setiap malam yang mencumbui bulan.
Yang perlu kamu tahu, setiap semoga yang kamu bagikan denganku melalui gagang telepon yang kini kurindukan deringnya selalu kusambut dengan aamiin yang kemudian kusampaikan pada Tuhan dengan begitu khusyuk.
Sudahkah Tuhan mengiyakan pintalan harapanmu yang pernah kita rajut bersama ? Jika iya, aku turut berbahagia.
Selalu begitu, apa yang tidak membahagiakan bila itu tentang kamu. Apa yang tidak melekat bila itu tentang kamu; tentang reggae, tentang punkrock, tentang megono dirintik hujan, tentang ban bocor, tentang kembang api, tentang tahun baru, tentang band pinggir jalan, tentang... ah sudahlah, begitu banyak tentang menyangkut kamu yang meski dipaksa lupa tetap terkenang.
Selamat hari senin, tetaplah sehat dan berbahagia ya kamu.

Tertanda,
Aku (bukan) perempuanmu.

Sudut Jakarta, 2 Februari 2015

#30HariMenulisSuratCinta

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

2 Response to "(bukan) Perempuanmu"

  1. Bukan Blog Biasa says:
    3 Februari 2015 pukul 02.21

    Tiap hari jadi keterusan baca suratnya nih :)

  2. Unknown says:
    4 Februari 2015 pukul 03.40

    Ehehe maksih loh ya :) Salam lenal juga :)

Posting Komentar