Kepada Para Pembeda

Kepada pembeda,

Sebelumnya, aku harap kita sedang dalam masa yang baik-baik saja. Aku hanya ingin kita sama-sama sependapat tentang suatu hal.

Begini, kita telah sama-sama tumbuh menuju utuh bukan ? Kita telah sama-sama meniti akar yang menjelma batang sampai tinggal menunggu tumbuhnya kembang. Kita juga sudah tak lagi dalam pot yang sama. Kita menjadi hebat dengan pot yang sendiri-sendiri.
Tukang kebun itu telah begitu khatam dengan berbagai jenis tumbuhan.

Tapi kenapa kamu malah menggerutu, mengomentari ini itu dan menebarkan sendu. Kamu rancu pada duriku dan mengira aku mendungu.

Ah ! Kamu !

Kamu telah begitu memesona namun juga banyak beretorika.

Apa sulitnya mengiyakan apa-apa, toh telah sama-sama dewasa.

Bila memang tak serupa mengapa tak biarkan saja aku menggila bila memang gila. Atau setidaknya jangan berkomentar apapun karena terkadang diam lebih bisa diterima sebagai bentuk penghargaan daripada berkoar yang kemudian hanya akan mencemar.
Bukan, bukan maksud tak bisa terima kritik yang menggelitik. Tapi kamu pun harusnya tahu bahwa meski memiliki pola yang sama, untuk menuju suatu tempat kita bisa melalui jalan manapun. Dan sekarang, jalan kita berbeda. Jalur kita tak sama. Maka proses kita pun jelas tak serupa. Lalu apalagi yang kau dustakan dari kejelasan ini ? Tidak bisakah kita hanya menyemangati satu sama lain ? Mendukung satu sama lain ? Saling mengucap doa untuk satu sama lainnya ?

Telapakku meregan butuh pegangan. Masihkah bisa kita saling bergandeng tangan ?

Tertanda,
Pembalikanmu

#30HariMenulisSuratCinta
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Kepada Para Pembeda"

Posting Komentar